Pertanyaan itu muncul diam-diam di benak banyak anak muda hari ini. Di tengah dunia yang serba digital, serba cepat, dan serba baru, apa gunanya kisah-kisah lama dari ribuan tahun silam? Apakah ia masih punya tempat, atau hanya jadi sejarah yang dipajang? Tapi coba dengar pelan-pelan. Di balik nama-nama Arab kuno dan padang pasir yang jauh, sebenarnya ada jiwa yang tak asing. Rasulullah juga pernah dicaci tanpa sebab. Pernah merasa sendiri, ditinggal, dan diragukan. Bukankah itu juga kita hari ini?
Di balik kisah peperangan dan wahyu yang turun di malam sunyi, ada hati yang berjuang untuk tetap lembut meski dunia keras. Ada manusia yang memilih sabar, meski luka menganga. Ada pemuda yang gelisah, seperti kita yang sering kali bingung ke mana harus melangkah. Sirah bukan hanya tentang apa yang terjadi dulu. Tapi tentang bagaimana manusia bertahan. Bagaimana hati bisa tetap utuh meski dihancurkan berkali-kali. Bagaimana makna bisa ditemukan, bahkan dalam hidup yang terlihat biasa-biasa saja. Itu sebabnya, sirah masih nyambung. Bahkan mungkin, sekarang lebih dari sebelumnya.
Kita hidup di zaman yang katanya modern, tapi sering kesepian. Kita bisa video call lintas benua, tapi tak tahu harus bicara apa saat menatap cermin. Di sinilah kisah Rasul dan para sahabat hadir, bukan untuk menggurui, tapi menemani. Menunjukkan bahwa pernah ada manusia yang juga berjalan sambil gemetar, tapi terus melangkah. Bukan karena mereka sempurna. Tapi karena mereka yakin bahwa makna hidup tak ditemukan dalam kenyamanan, tapi dalam keberanian mencintai, memaafkan, dan memperjuangkan kebaikan, meski dunia menertawakan.
Sirah adalah jendela, bukan museum. Ia bukan untuk dikagumi dari kejauhan, tapi untuk dilihat sebagai cermin. Bahwa kita pun bisa menjadi bagian dari perjalanan itu, dengan versi kita sendiri. Dengan luka kita. Dengan langkah kecil yang mungkin tak disorot kamera, tapi diam-diam menyalakan cahaya.
Maka jika kau bertanya, “Masih nyambung gak, sih?” Coba buka kembali halaman-halaman itu. Tidak dengan mata yang ingin tahu sejarah, tapi dengan hati yang ingin pulang. Siapa tahu, di tengah kisah yang dulu kau anggap asing, kau menemukan dirimu sendiri, yang sedang mencari arah. Karena kisah-kisah ini bukan tentang masa lalu. Tapi tentang jiwa manusia, yang sejak dulu hingga kini, masih mencari tempat untuk tumbuh, mencintai, dan kembali menemukan Tuhan di antara sepi dunia.
Author: Marta Jay,S.Pd.,M.Pd.



